Pameran Patong 2008-2009 di Italia

08.10.2008.

Pameran “Patong. La grande scultura dei popoli del Borneo. dalle Collezioni del Museo delle Culture di Lugano” (Patong. The Great Sculpture by the People of Borneo. From the collection of the Museum of Culture of Lugano)

5 Oktober 2008 – 15 Februari 2009

Villa Borromeo d'Adda, Arcore (Milano), Italia

Untuk yang kedua kalinya, Pameran “Patong. La grande scultura dei popoli del Borneo” (Patong. The Great Sculpture by the People of Borneo) di gelar di Eropa.
Menyambung kesuksesan pameran pertama, tahun 2007 di Lugano Swiss, maka pada tanggal 5 Oktober 2008 hingga 15 Februari 2009, Villa Borromeo D'Adda yang terletak di kota Arcore, tidak jauh dari Metropole Milan, menjadi tuan rumah penyelenggara Pameran Patong.

Pameran ini diselenggarakan atas kerja sama antara Museum Kebudayaan Lugano Swiss, The Foundation Antonio Mazzotta of Milan, pemeritah propinsi Milan, pemerintah wilayah Lombardy dan wilayah Monza dan Brianza, serta dukungan/support dari Departemen Aset Budaya dan Dewan Kebudayaan, Budaya dan Integrasi, Propinsi Milan.

Kepala Dewan Kebudayaan, Prof. Vittorio Perrela, membuka Pameran di Villa Borromeo D'Adda dengan kekaguman panjang, didedikasikan kepada patung dan ukiran dari grup etnik pulau Borneo. Dalam kata sambutannya pada inagurasi pembukaan pameran, hari Sabtu 4 Oktober 2008, beliau menegaskan bahwa, pameran Patong merupakan suatu prakarsa kegiatan pameran yang berisikan nilai kebudayaan yang tidak diragukan lagi kebesarannya. Suatu panggilan budaya yang mampu memainkan peranan, untuk memberikan kesempatan dalam pengembangan ekonomi dan wajah daerah.

Pameran 39 karya besar bagian dari koleksi The Museum of Culture of Lugano, bernilai etnografi dan artistik dari penduduk asli pulau Borneo, dan yang juga merupakan bagian dari koleksi penting di dunia, adalah merupakan bentuk pameran yang untuk pertama kalinya diadakan oleh dan bagi masyarakat Italia.

Pameran bertempat di salah satu dari empat bangunan, terletak dalam kompleks area Villa Borromeo d'Adda yang mempunyai luas 30 hektar. Ruang pameran seluas 1.120 meter persegi, dibangun pada tahun 1895, dan baru saja selesai di renovasi serta dibuka kembali untuk umum pada tahun 2008. Suatu bangunan bersejarah yang patut dipertahankan dan direnovasi ulang untuk menjaga nilai warisan dan arsitektur leluhur bangsa Italia.

Bertepatan dengan diadakannya Pameran “Patong. La grande scultura dei popoli del Borneo”, maka secara resmi pula, hari sabtu tanggal 4 Oktober 2008, menjadi momen bersejarah atas dibukanya kembali bangunan tersebut untuk umum. Merupakan suatu kehormatan yang sangat besar bagi penduduk asli pulau Borneo, yang tinggal jauh dari Italia Utara, untuk “membaptiskan” pembukaan kembali bangunan bersejarah, warisan budaya arsitektur leluhur bangsa Italia.
KLIK http://www.facebook.com/album.php?aid=13005&id=1613724128








Bersamaan dengan pameran ini, diterbitkan juga sebuah buku katalog sebanyak 200 halaman, yang berjudul “Patong. La grande scultura dei popoli del Borneo. dalle Collezioni del Museo delle Culture di Lugano”. Di edit oleh Paolo Maiullari dan Junita Arneld, dan dicetak oleh Mazzotta Milan, buku ini merupakan buah hasil dari pekerjaan penelitian yang lama dan panjang.

Dengan dibuka oleh kata pengantar dari Gubernur Kalimantan Tengah Bapak Agustin Teras Narang SH, buku ini memuat artikel-artikel dari Francesco Paolo Campione Direktur The Museum of Culture of Lugano Swiss, Paolo Maiullari (Swiss), Bernard Sellato (France), Nila Riwut (Indonesia), Antonio Guerriero (France), Junita Arneld (Indonesia), Michael Heppell (Australia), dan Wahyu Ernawati (Indonesia).


Buku katalog ini merupakan bagian dari dokumen ilmiah yang penting dalam khasanah pengetahuan akan pulau Borneo. Untuk pertama kalinya, diterbitkan sebuah buku yang ditulis oleh para penulis spesialis Borneo yang berasal dari 3 benua (Asia, Australia dan Eropa), dan memuat informasi yang kompleks dan lengkap akan grup ethnik pulau Borneo, membuat buku ini sangat layak untuk disandingkan dalam pameran buku internasional di Frankfurt Book Fair 2009, suatu pameran buku yang sangat penting, yang telah eksis di benua Eropa sejak abad ke 16.

Berbagai kegiatan dan aktivitas yang diselenggarakan, menjadi daya tarik utama dalam menyemarakkan pameran “Patong”. Terutama, program pengenalan seni dan budaya Borneo untuk anak-anak sekolah, bekerja sama dengan institusi pendidikkan.
Acara kegiatan dan aktivitas anak-anak sekolah, yang masing-masing berlangsung selama kurang kebih 1,5 jam mempunyai program-program sebagai berikut:

PROGRAM KUNJUNGAN UNTUK MURID SEKOLAH TK DAN SD
L’eterno ciclo della vita (The guided visit: the eternal cycle of the life)

Dalam kunjungan ini, anak-anak dibayangkan untuk menelusuri jejak yang panjang, memasuki hutan tropical pulau Borneo. Dengan jiwa petualang, anak-anak dibawa mengeksplorasi budaya masyarakat, membawa mereka ke dalam surga yang tak terlupakan. Surga yang kaya dengan mitologi dan legenda. Bermula dari awal kehidupan yang sederhana, hingga upacara budaya yang kompleks dan panjang, untuk menjaga kelangsungan lingkaran kehidupan. Setelah anak-anak diperkenalkan dengan patung-patung yang dipamerkan, kemudian anak-anak akan diajak untuk memilih patung yang mereka sukai (pemburu, pisor/basir, pejuang) lalu menceritakan kembali dengan imajinasi mereka, akan patung favorit mereka. Sebagai akhir kegiatan, anak-anak akan diajak membuat prakarya benda-benda khas dari Borneo, seperti perisai, peralatan ataupun azimat untuk berburu.


PROGRAM KUNJUNGAN UNTUK MURID SD HINGGA MURID KELAS 1 SMP.
L’amuleto scaccia-paure (the amulet drive away-fears).

Bagi Dayak Bahau, Dewa Petir, Pèn Lih, adalah dewa yang sangat ditakuti. Dengan kekuatannya yang dahsyat, ia mampu memporak-porandakan perkampungan. Untuk berdamai dengan Pèn Lih, para penatua, dukun desa, pejuang dan pemburu, mereka mengenakan semacam jimat dalam bentuk gelang ataupun kalung dengan motif binatang seperti Aso atau Naga. Anak-anak diajak untuk berkreasi, dalam membuat jimat, yang berfungsi untuk mendamaikan rasa ketakutan. Setiap anak akan mempunyai jimat pribadi dalam bentuk Aso atau Naga.

PROGRAM KUNJUNGAN UNTUK MURID SEKOLAH SMP KELAS 2 DAN KELAS 3
Riti e miti Dayak nel cuore della giungla (Rituals and Dayak myths in the heart of the jungle).

Pada kesempatan ini, anak-anak diperkenalkan ke dalam kehidupan, seni, dan budaya orang Dayak yang tinggal di tengah belantara, yang sanggup mengatasi segala tantangan alam. Diantara kera dan orang utan, harimau, kerbau, burung-burung yang beraneka jenis, seperti diantaranya burung Enggang yang indah dan berarti simbolik, kesemuanya memberikan insipirasi dan imajinasi yang kaya akan arti dalam pembuatan dan pengukiran patung. Jauh berbeda dengan patung-patung seni klasik yang dikenal oleh masyarakat Eropa.
Orang Dayak hingga saat ini masih tetap eksis dan utuh keberadaannya. Mereka masih tetap ada yang tinggal di rumah panjang Betang, dimana tradisi gaya hidup tradisional masih terpelihara, adat, tarian dan ritual, pantun dan puisi yang sarat dengan nasihat hidup, mencerminkan bukti dari keyakinan dan pandangan hidup orang Dayak. Dengan kunjungan ini diharapkan, anak-anak dapat mengenal pola dan cara hidup orang Dayak dengan melihat dan mempelajari, sehingga mampu membuka jembatan khasanah budaya, antara seni dan budaya “sederhana” dengan seni dan budaya barat.

PELAJARAN DI DALAM KELAS ATAUPUN DALAM RUANG PAMERAN.
  • Dengan mempertimbangkan tema-tema yang ada, para guru diharapkan untuk mampu memilih tema dan mengadakan argumen pendalaman. Penekanan pelajaran, dikhususkan pada sejarah artistik dan aspek kebudayaan dari Borneo. Pelajaran dengan operator/pemandu pameran, akan dibantu alat proyektor, untuk pengenalan gambar-gambar ikonografi pada murid-murid sekolah.

  • Storia (Story)
    Buku-buku yang digunakan untuk bercerita diantaranya adalah buku karangan Emilio Salgari “Tigre della malesia”, buku sejarah eksplorator spanyol Juan Sebastián Del Cano yang mencapai Borneo pada tahun 1521, serta buku sejarah yang menceritakan keberadaan James Brooke.

  • Arte e ambiente (Art and ambiance)
    Analisa produksi artistik dari penduduk pulau Borneo. Hubungannya dengan alam secara spesifik dan atmosfer kebudayaan yang dikembangkan.

  • Arte, cultura e tradizioni (Art, culture and traditions)
    Dalam panorama kesatuan mitos kosmogenik, legenda asal usul dunia, adat dan tradisi, anak-anak diajak untuk memahami hubungannya dengan seni di Borneo.
INITIATIVES COLLATERALS

8 - 22 Oktober 2008.
Tuntun: il magico bastone della caccia (Tuntun: the magical stick of the hunting).

Tongkat Tuntun adalah tongkat yang merupakan bagian dari alat-alat perburuan Dayak Iban. Anak-anak akan dijelaskan mengenai peranan kegiatan berburu, sebagai bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari, yang memainkan peranan utama dalam kehidupan Dayak. Dalam program ini, juga di terangkan bahwa, sejak kecil para anak-anak Dayak Iban sudah diajarkan untuk membuat dan mengukir kayu, sehingga saat mereka memasuki usia dewasa, mereka mampu membuat tongkat Tuntun pribadi. Sebuah tongkat yang juga merupakan lambang akan kesiapan mental dalam memasuki dunia berburu, dunia dewasa.

20 Desember 2008.
Un ibrido sull’albero (A hybrid on the tree).

Bagi dayak grup Apokayan, adalah suatu hal yang tabu untuk menyebut nama asli dewa “Harimau”. Resiko mendapat bencana kecelakaan ataupun penyakit, membuat mereka tidak berani menyebut nama asli Dewa tersebut. Oleh karena itu, mereka memanggil dengan sebutan Aso yang berarti anjing, sahabat manusia! Dengan permainan, anak-anak akan diajak untuk menciptakan suatu objek dengan mencontoh patung yang berbentuk hibrid, setengah manusia, setengah binatang, dimana kemudian objek tersebut dapat mereka gunakan dengan bangga sebagai hiasan pohon natal.

3 Januari 2009.
La befana e il mito degli antenati (The befana and the myth of the ancestors).

La Befana adalah tokoh dewi dalam mitologi Italia, dimana pada setiap tanggal 6 Januari, la Befana selalu datang untuk mengisi kantung atau kaos kaki anak-anak dengan hadiah. Seperti juga Sinterklas, la Befana adalah seorang tokoh yang sudah lanjut usia. Begitu juga dengan kebudayaan di bagian negara manapun, orang tua adalah leluhur berharga yang selalu dengan senang hati memberikan nasihat bernilai dan berguna pada anak dan cucu mereka, namun apa yang telah kita berikan kepada mereka sebagai tanda rasa terima kasih? Dengan kesempatan ini, anak-anak diajak untuk membuat suatu karya yang berhubungan dengan orang-orang Dayak, dan menjadikan karya tersebut sebagai hadiah yang berarti, tanda rasa terima kasih terhadap orang tua.

14 Februari 2009.
La maschera dei desideri (The mask of the desires).

Penduduk asli pulau Borneo, mengenal topeng yang berfungsi untuk menjauhkan roh-roh jahat ataupun hantu. Sering diketemukan, topeng-topeng berbentuk ekpresif dengan roman muka yang aneh, seperti mata yang membelalak terbuka, mulut yang memanjang serta bergigi taring harimau atau babi hutan, siap mencabik-cabik roh jahat. Begitu juga dengan budaya di Italia, mereka mengenal pemakaian topeng dalam pesta karnaval. Dalam program ini, anak-anak akan diajak bermain seperti anak-anak Dayak, dengan mengenakan topeng-topeng yang mampu mengusir dan mencabik-cabik kejahatan.

I QUADERNI DIDATTICI (THE DIDACTIC NOTEBOOKS).

Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut, panorama nilai sejarah dan artistik dari pameran ini, pihak organisasi penyelenggara, Mazzotta, menyediakan instrumen yang dicetak dalam dua versi yang berbeda (untuk murid SD hingga murid SMP).


Il prezioso talismano di Djamit (the precious talisman of Djamit). Il catalogo Mazzotta ragazzi (The catalogue for the kids. The seri of Mazzota Ragazzi).

Suatu cerita imajiner tentang perjalanan dua orang anak Dayak. Dengan grafik dan ilustrasi gambar-gambar yang menarik, katalog ini merupakan kumpulan dari seri “Mazzotta Ragazzi. Ditujukan untuk kalangan pembaca anak-anak dengan bimbingan dari orang tua ataupun guru sekolah.

Il gioco didattic (The didactic game).
Untuk anak usia 6-12 tahun.

Suatu permainan sejenis “ular tangga”. Permainan ini bersifat mendidik dan bertujuan untuk memperkokoh ingatan anak-anak mengenai pengetahuan yang mereka dapati dan pelajari selama kunjungan dalam pameran. Permainan ini membutuhkan sebuah dadu, buku panduan permainan dan beberapa bidak untuk dimainkan.


Lugano, 8 Oktober 2008.

Ditulis oleh Junita Arneld Maiullari.