Air Putih

18.03.2007.

Hai..hai..dan hai, apa kabar si hai hai hai dan kokiers?

Kayaknya sudah lama ya tidak “mendengar” sapaan khas dari si Dia yang suka ber hai hai hai (wajib tiga kali). Kurang wokeh ya kayak nasi tanpa sambal, walaupun mengenyangkan tapi kok kurang nendang gitu... (Tidak komplain ya Zev, hanya mengeluarkan “rasa hati”...)

Saya hari ini menulis tentang air putih yang segar. Bagi saya air putih adalah sebuah idola.

Kalau keadaan cuaca sedang panas terik dan menyengat, maka yang pertama keluar dalam pikiran adalah segelas (kalau perlu sebotol) air putih yang segar mengaliri tenggorokan. Kalau keadaan cuaca dingin dan kering, lagi-lagi segelas air yang saya buru.

Saat saya bangun pada pagi hari (kadang-kadang kesiangan juga) hal pertama yang saya lakukan adalah meminum segelas air putih (setelah itu ya kopi kental...) mau tidur ya menyiapkan segelas air putih disamping ranjang, kalau terbangun karena mimpi buruk ataupun mimpi indah ya segelas air putih yang pertama kali saya gapai. Segelas air putih bisa meredakan kemarahan saya, begitu juga saat saya sedang sedih pasti yang dicari segelas air putih.

Air putih bagi saya bagaikan sebuah idola. Artinya sangat besar sekali, jauh lebih besar daripada dicampur dengan macam-macam. Memang enak sih kalau air putih dicampur sirop, kopi, teh dll, tapi lagi yang paling menyegarkan ya air putih tok.

Bagaimana kalau saya jadi air putih ya? Yang artinya bisa menyegarkan, menenangkan, dan menyenangkan. Waduh kayaknya susah ya.

Susah karena jadi air putih berarti tidak pakai sirop, yang berarti saya tidak terlihat “berwarna” dari luar. Berarti tidak pakai kopi, apalagi kopi merk “x”, yang berarti saya tidak “seterkenal” kopi merk X. Berarti tidak pakai teh dengan berbagai macam rasa, yang berarti saya tidak akan mempunyai “rasa” tertentu yang ngetop.

Jadi air putih itu seperti siapa ya? Menyenangkan, menyegarkan dan menenangkan manusia tanpa manusianya sendiri ingat atau memperhatikan. Menyenangkan, menyegarkan dan menenangkan tetapi tidak “ngetop”. Jangan dibandingkan air mineral dengan air putih karena disini yang saya bicarakan ya air putih tok.

Kalau menurut saya mungkin orang yang seperti air putih yang mengalir di hati banyak manusia diantaranya adalah Ibu Teresa dan Romo Mangun dll.

Siapa lagi ya? Akhirnya saya bengang-bengong di depan monitor komputer, sadar karena sebenarnya bagian yang “dan lain lain” itu buanyaaak sekali. Ibu saya merupakan “air putih” bagi kami sekeluarga, karena dedikasinya yang menyegarkan dan menenangkan kami, tetapi kadangkala kami lupa bahwa arti sang Ibu sangat besar bagaikan segelas airputih yang tidak ada habisnya. Juga Ibu-Ibunya para kokier yang juga merupakan “air putih”bagi para kokier pasti banyak sekali.

Bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak bahkan anak-anak pun bisa menjadi air putih yang menyegarkan dan menenangkan, hanya ya itu, tidak semua orang mampu menjadi air putih dan bening.

Contohnya ya tidak usah jauh-jauh, saya sendiri lah. Mau jadi air putih ya kurang bening, masih ada butiran-butiran coklatnya. Mau menyegarkan tetapi minta imbalan, mau menenangkan tapi milih-milih sama siapa. Mau jadi air putih asal air mineral karena bisa menghasilkan uang, ya bukan air putih (biasa) lagi. Gamblangnya ya menjadi manusia yang bisa menyenangkan, menyegarkan dan menenangkan tapi ya tidak usah neko-neko dan memikirkan imbalannya. Mendedikasikan diri tanpa berpikir akan masuk ke layar kaca, layar televisi ataupun layar monitor.

Kalau banyak manusia yang berbuat dan bertindak seperti air putih, pasti Indonesia bisa terlihat kinclong karena bersih.

Bisa tidak ya saya menjadi air putih?

Kapan ya? Wuiss pokokke harus bisa tenan gitu.

Permisi para kokier, saya mau minum air putih dulu...

Arita-CH
Previous
Next Post »