Pulang

10.03.2006.

Hai Zev dan para pembaca, apa kabar?

Senangnya bisa baca kolom kamu lagi, pagi-pagi sambil minum kopi, saya terbang jauh bersama cerita-cerita yang berada di belahan dunia lain.

Saat saya di Indonesia, saya sempatkan untuk membaca kolom ini, tapi kok rasanya lain yah? Padahal seharusnya sama saja bahkan serasa lebih dekat karena saya berada di tempat dimana kolom ini diolah, seakan dekat sekali dengan dapur kamu dan mencium semerbak berita-berita yang ada. Tetap saja kenikmatan berada saat saya membaca kolom kamu di rumah.

Saat saya tiba di airport Zurich, semuanya berwarna putih, udara berada di bawah titik nol, dingin! Tapi matahari bersinar sangat cerah, pipi memanas terbakar matahari dan kuping membeku dengan sentuhan angin pagi. Ciuman panas dingin dari sang matahari dan angin membuat saya tertegun, kemarin siang saya masih mengeluh kepasanan dengan udara di Jakarta. Sesampainya di rumah saya lalu menelpon keluarga di Indonesia, mengabarkan bahwa telah tiba dengan selamat, semuanya baik-baik saja, dan cuaca yang cerah walaupun dinginnya bukan kepalang, lalu Ayah saya bertanya "bagaimana? Senang sudah pulang?".

"Pulang", suatu kata yang pernah membuat saya bingung. Saat pertama kali ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya selalu menggunakan kata " Pulang ke Indonesia" pulang ke tempat dimana orangtua dan saudara saya berada, tempat dimana saya lahir dan besar, tempat yang saya kenal betul hingga ke pelosok "jalan tikus". Setiap pergi ke suatu tempat dan saat saya bilang "pulang" berarti pulang ke Indonesia. Tetapi setelah tinggal bertahun-tahun di luar Indonesia, bekerja, berkeluarga, mengalami masa-masa yang indah maupun buruk, bergembira ataupun bersedih, saya mulai bilang "mau pulang" saat saya meninggalkan Indonesia. Saya pulang ke negara yang bukan Indonesia. Saya pulang ke negara dimana saya tidak dilahirkan dan dibesarkan, melainkan negara asing yang mempunyai 4 iklim berbeda dengan 4 bahasa yang berbeda dengan bahasa yang saya kenal sejak lahir.

Hal ini pernah saya diskusikan dengan ayah, dimana beliau sendiri tiba di pulau Jawa saat berumur 15 tahun. Berkeluarga dan menjadi seorang kakek di tanah Jawa, saat Ayah ke Kalimantan, beliau tidak lagi bilang "pulang ke Kalimantan". Tetapi pulang ke tanah Jawa, pulang ke rumah di Pulau Jawa, bertemu kembali dengan istri, anak dan cucu. Kalau ditanya sudah berapa lama merantau di Pulau Jawa, jawabnya " Saya tidak merantau, saya sudah pulang, pulang ke rumah saya".. Pulang ke rumah yang identik dengan pulang kampung dimana kampungnya sudah bukan lagi di tengah belantara Kalimantan tetapi di belantara metropolitan tanah Jawa.

Ah lalu bagaimana dengan keluarga yang masih menetap diKalimantan? Ayah saya berkata, bahwa saat beliau meninggalkan kedua orang tuanya lalu berkeluarga, beristri dan mempunyai anak, itulah keluarganya sekarang. Tentu saja orang tua merupakan keluarga yang tidak mungkin dilepaskan, tetapi saat ditanyakan yang mana prioritas pertama, dengan tegas beliau menjawab, Istri, anak-anak dan cucu, setelah itu orang tua, adik dan kakak. Ah begitu jelas definisi tersebut bagi ayah sehingga saya memberanikan diri bertanya, apakah berarti ayah dan ibu adalah prioritas no 2 setelah keluarga saya, yang berarti suami dan anak? Dengan senyum lebar beliau berkata "tentu saja, keluarga kamu adalah prioritas pertama".

Leganya mendengar penegasan yang keluar langsung dari mulut orang yang paling saya hormati dan cintai. Suatu perkataan yang mampu mengembalikan badan saya seutuhnya ke satu tempat yang sama, karena sebelumnya satu kaki saya berpijak di Indonesia, satu kaki lainnya memijak benua Eropa, kini kedua kaki tersebut bersatu dalam satu tempat yang sama, tempat dimana saat ini sedang dilanda musim dingin dan salju, yang tidak berbahasa Indonesia dan tidak bisa makan tempe setiap hari (ah sayang seribu sayang).

Sekarang saya dengan santai bisa menjawab pertanyaan ayah "Saya senang sekali Yah, sudah pulang, bertemu kembali dengan orang-orang yang saya cintai".

Yap Zev, saya senang dan bahagia sudah pulang, "nongkrongin" komputer di pagi hari, baca kolom kamu sambil minum kopi, sebelum memulai hari yang panjang dan dingin!


Arita-CH

Previous
Next Post »